Selamat Datang di blog'ku komunitas Blogger Tegal mari majukan TI di negeri tercinta & terimakasih telah mengunjungi blog's ku

"Wi-Fi Area" Ramaikan Kampus

PengantarKEBERADAAN internet sangat menonjol pada era sekarang ini yang disebut-sebut sebagai era informasi. Dalam kaitannya dengan dunia pendidikan, ide besarnya adalah internet untuk edukasi. Salah satu penerapannya, beberapa kampus mulai memasang fasilitas Wi-Fi area di lingkungannya masing-masing. Aksesibilitas informasi untuk mahasiswa pun jadi semakin besar. Lebih jelas mengenai pengelolaan dan apa sebenarnya yang dituju dari pengadaan fasilitas ini, Kampus menyajikannya dalam dua tulisan.Redaksi


KALAU jalan-jalan ke beberapa mal terkemuka, kafe, atau pusat keramaian lainnya, mungkin kawan Kampus sudah tidak asing lagi melihat orang-orang yang anteng di depan laptopnya. Mereka bukan saja tengah bekerja atau membuat tugas, tapi juga mengoptimalkan fasilitas Wi-Fi area di kawasan itu. Ya, di beberapa tempat publik, pemandangan tersebut terbilang sudah lumrah. Di bandara, misalnya, sambil menunggu pesawat take-off, banyak para maniak internet ini asyik berselancar.
Dengan bermodalkan sebuah laptop yang sudah dilengkapi antena nirkabel, atau perangkat lainnya semacam PDA atau smart phone, orang tinggal nongkrong di hot spot --lokasi dengan sinyal internet Wi-Fi. Sembari santai di kafe, seorang pengunjung bisa tetap mengetahui info-info terbaru seputar politik sampai hiburan lewat situs berita sambil menyeruput Cappuccino.
Fenomena serupa juga terlihat dalam dunia pendidikan. Beberapa kampus mulai memasang fasilitas hot spot di lokasi-lokasi yang dinilai ramai atau sering diisi kegiatan civitas academica-nya.
Yanuar, kawan Kampus asal ITB, mengaku senang semenjak di kampusnya tersedia fasilitas hot spot internet. Sebagai mahasiswa yang tengah menyusun tugas akhir (TA), banyak hal-hal yang harus dipelajari Yanuar, dan itu semua sulit dilakukannya tanpa internet. Berkat fasilitas hot spot itu, mahasiswa teknik mesin ini jadi bisa menikmati kemudahan mengakses internet seselesainya kuliah.
Tidak cukupkah dengan buku? Menurut Yanuar, yang ketika ditemui tengah berselancar di hot spot Comlabs USDI ITB, buku tetap perlu, tapi internet juga punya kelebihan dalam pencarian hal-hal spesifik yang diinginkan. Lewat bantuan "profesor" Google, misalnya, pengguna di seluruh dunia punya akses yang mudah atas macam-macam informasi. Dibandingkan buku atau perpustakaan, internet melambangkan penyebaran (decentralization) informasi dan data secara ekstrem. "Biaya internet kadang bisa lebih murah dibanding buku," kata Yanuar sembari tertawa.
Berbicara tentang relasi antara internet dan kaum muda, Uke Kurniawan Usman, dosen STT Telkom, dalam makalahnya "Pemanfaatan Teknologi Informasi (TI) sebagai Inovasi Pembelajaran di Perguruan Tinggi", mengemukakan tentang 12 kompetensi pelajar berbasis TI. Menurutnya, pelajar masa kini mengeksplorasi segala hal di internet, dari mulai searching (pakai search engine), collecting, (MP3, grafik, animasi, video), creating (membuat web, membuat game), sharing (web pages, blog), communicating (e-mail, IM, chat), coordinating (workgroups, mailing list), meeting (forum, chat room), socializing (beragam kelompok sosial on-line), evaluating (on-line advisor), buying-selling (jual beli on-line), gaming (game on-line), dan learning (jurnal on-line, riset on-line). Istilahnya, apa-apa pakai internet.
Pengguna laptop makin banyak
Omong-omong, apa itu Wi-Fi? Wi-Fi (Wireless Fidelity) adalah koneksi tanpa kabel dengan mempergunakan teknologi radio sehingga pemakainya dapat mentransfer data dengan cepat dan aman (Wikipedia). Teknologi Wi-Fi memberikan kebebasan kepada pemakainya untuk mengakses internet atau mentransfer data dari mana saja, tidak lagi harus berada di dalam ruangan. Lupakan juga kabel-kabel yang ribet itu. Dengan radius sekira 90 meter -- tergantung kondisi bangunan sekitarnya -- Wi-Fi dapat diakses dengan komputer, laptop, PDA, atau telefon seluler yang telah dikonfigurasi dengan Wi-Fi certified Radio.
Menurut Basuki Suhardiman, Kepala Unit Sumber Daya Informasi (USDI) ITB, awal mula mengembangkan fasilitas hot spot di kampus ITB sekira tahun 2003-2004, adalah untuk keperluan backbone (gabungan jaringan). Namun, karena perangkat itu belakangan semakin murah, hot spot mulai lebih dikembangkan lagi. "Dulu alat untuk Wi-Fi dijual sekira Rp 2 juta. Tapi sekarang sudah bisa didapat dengan Rp 500 ribuan," kata Basuki.
Tidak hanya alat Wi-Fi untuk di terminalnya, laptop pun semakin lama semakin miring harganya. Dikatakan Basuki, kini dengan Rp 6 juta, orang sudah bisa memiliki laptop baru, bahkan dengan antena Wi-Fi yang sudah terintegrasi di dalamnya.
Berkaitan dengan itu, kata Basuki, tidak heran semakin banyak kehadiran pengguna laptop. Berdasarkan data yang tercatat, pengguna personal computer (PC) di Indonesia masih lebih tinggi dibandingkan dengan pengguna laptop. Namun demikian, dari sisi pertumbuhan, laptop lebih tinggi dibandingkan dengan PC. "Dalam pengamatan saya, mahasiswa baru sekarang ini, makin banyak yang bawa laptop. Alat itu dipilih untuk mendukung mobilitas yang tinggi," kata Basuki.
Kini, pengembangan hot spot di ITB dipusatkan di Comlabs USDI ITB. Sebenarnya hampir tiap jurusan juga sudah memiliki layanan hot spot ini. Tapi dalam kesehariannya, mahasiswa lebih banyak kumpul di Comlabs -- bisa sampai ratusan -- karena di sana dilengkapi juga dengan bangku, meja, sampai steker, sehingga lebih praktis. Tinggal duduk, lalu plug and play saja. ITB memiliki total bandwidth 56 Mbps --sebuah jumlah yang sangat besar. Target ITB ke depan, bulan Februari mendatang kampus ini berniat meluaskan coverage Wi-Fi area-nya sampai ke lokasi publik, seperti kantin dan lapangan.
Di STT Telkom, selain ada di 36 titik di dalam kampus, layanan hot spot bahkan sampai juga ke kosan sekitar kampus, sampai sebanyak 4 titik! Asyik sekali, ya! Hal ini merupakan sebuah kesengajaan dari pihak kampus agar mahasiswa bisa mengakses internet dari tempat tinggalnya.
Kampus-kampus lain seperti ITHB, Unikom, Unpad, UPI, Universitas Kristen Maranatha, dsb, adalah juga beberapa kampus yang turut mengembangkan fasilitas hot spot. Tak semua daerah di lingkungan kampus itu sudah ter-cover hot spot memang, tapi setidaknya di tempat-tempat semacam perpustakaan dan lembaga teknologi informasinya sudah dilengkapi layanan hot spot.
Di sisi lain, tentu tidak semua mahasiswa memiliki laptop. Kalau punya pun, belum tentu akan membawanya setiap hari ke kampus. Maka, menurut Irma, kawan Kampus asal Unpad, pihak kampus juga jangan melupakan hal itu. "Selain fasilitas hot spot diperluas, fasilitas jumlah komputer (PC) diperbanyak juga, dan tentu saja dengan akses internetnya," katanya.
Internet edukasi
Belum semua kampus memasang layanan hot spot ini. Menurut Nyoman Bogi Aditya, Kepala Pusat Pengolahan Data (Puslahta) STT Telkom, pengadaan layanan ini memang melihat-lihat beberapa variabel juga.
Misalnya, apa tujuan utama dari pengadaan layanan itu di kampus tersebut? Kalau tidak terlalu "butuh" -- seperti halnya di kampus yang mencanangkan diri sebagai institusi bidang teknologi -- artinya urgensinya tidak begitu besar. Site plan gedung juga penting diperhatikan, apakah satu gedung atau terpisah? Dan tak kalah pentingnya adalah biaya, yang terbilang tidak murah.
Menurut Basuki, penyewaan 1 Mbps bisa sampai Rp 20 juta per bulan. Belum lagi membayar SDM untuk menjaga server, maintenance, dsb. "Hal-hal seperti itu yang membuat tidak semua kampus bisa menyediakan layanan ini," kata Basuki.
Namun demikian, menurut Basuki, layanan hot spot ini penting kehadirannya di kampus, dalam kaitannya untuk meningkatkan knowledge mahasiswa. "Ini bentuk dukungan agar mahasiswa menjadi pintar dengan akses informasi yang luas,” ucap Basuki yakin.***


FIXED WIRRELESS

Hardware.

0 komentar:

 

Copyright © 2008 MaestrO design


design by Detia_h@yahoo.com