Semua orang pasti mengalami proses penuaan. Dengan memahami apa yang lazim terjadi, kita dapat mengantisipasi dan menghadapinya dengan lebih baik.
Sebagai anak dengan orang tua yang berusia lanjut, sekaligus sebagai individu yang sedang menjalani proses penuaan, rasanya kita semua sepakat bahwa kita ingin menua dengan sehat (healthy aging). Berharap tetap dalam keadaan sehat lahir batin, mampu tetap berkegiatan, mandiri menjalankan fungsi dan mengoptimalkan potensi diri, berapa pun usia kita. Dengan harapan itu, ada baiknya kita mengenali apa yang lazim dialami sejalan dengan proses menua. Satu, supaya kita tidak terkaget-kaget dengan proses yang berlangsung. Dua, agar kita antisipatif melakukan upaya-upaya yang perlu dilakukan berkenaan dengan perubahan yang terjadi.
Proses menua konon terjadi di tataran sel maupun organ tubuh. Perubahan fisik ini mempengaruhi fungsi, tampilan dan pengalaman menua itu sendiri. Lazimnya, perubahan fisik berdampingan dengan perubahan psikologis, sosial dan spiritual.
Berbagai sumber sama-sama mencatat bahwa proses menua terjadi dalam berbagai organ dan sistem tubuh. Perubahan kondisi dan fungsi biasa terjadi pada organ mata, telinga, mulut, hidung, tulang, sendi, otot, otak dan sistem syaraf, jantung dan pembuluh darah, paru-paru, ginjal, saluran kencing dan organ reproduktif. Lebih lanjut, penuaan juga berlangsung dalam sistem pencernaan, endokrin dan imunitas.
Secara sosial dan spiritual, individu menua juga mengalami beberapa perubahan. Memasuki usia reproduksi aktif, kebanyakan individu mulai menjalani relasi dengan individu lain. Beberapa memilih menikah, berkeluarga dan memiliki anak sementara beberapa memilih melajang dan bahkan mengalami perceraian. Sejalan dengan pertambahan pengetahuan, ketrampilan dan pengalaman, individu-individu meniti karir gemilang. Banyak kawan memiliki keluarga damai sejahtera. Namun, banyak teman juga yang kesepian, stres dan depresi. Beberapa lainnya dalam keadaan bahagia dikitari kawan, tetangga, keluarga, saudara yang menyenangkan dan saling mendukung.
Tidak sedikit juga juga yang adem ayem, hidup baik dengan kehidupannya yang biasa-biasa saja’. Ada yang makin taat beribadah. Ada yang makin sadar tentang kekuatan yang “Maha”, serta ada yang makin peduli atau justru tidak peduli dengan sesamanya.
Dengan beragam kondisi itu, nyatalah bahwa tiap individu berkembang, menua dengan proses yang unik satu sama lain. Tidak ada template atau formula tetap perkembangan tiap kehidupan. Menjalani hidup merupakan keputusan atas rangkaian-rangkaian pilihan dan ketetapan kodrati. Karenanya, mari kita kenali, coba nikmati dan lakukan upaya-upaya menata hidup yang baik.
Mulailah bergaya hidup sehat sejak sekarang, dengan:
Menjaga asupan makanan minuman dalam gizi berimbang. Intinya, asupan yang berlebih atau terlalu sedikit tidak baik.
Lebih baik minum air putih minimal delapan gelas sehari daripada mengkonsumsi minuman berwarna” seperti kopi, teh, sirup, dan soda yang berlebihan.
Semakin kita cinta merokok atau terus dikitari perokok aktif, semakin berisiko kita terhadap berbagai penyakit seperti jantung dan kanker.
Semakin banyak mengkonsumsi alkohol, lagi-lagi kita menambah faktor risiko berbagai penyakit.
Meski tidak mudah, kita perlu terus berolah raga minimal 30 menit sehari, tiga kali seminggu.
Berhati-hati saat berkegiatan atau di jalan, misalnya dengan memegang pegangan tangga, menggunakan sabuk pengaman di kendaraan, tidak berlari-lari di tangga, memakai sepatu/sandal yang aman’ dan nyaman.
Berperilaku seksual yang tidak beresiko, misalnya tetap setia dengan pasangan, dan menggunakan kondom bila melakukan perilaku seksual berisiko.
Luangkan waktu dan nikmati istirahat minimal enam jam sehari.
Jangan memanjakan stres. Lebih baik manjakan diri untuk beristirahat dan menenangkan pikiran. Hidup terlalu mahal dan sia-sia untuk diisi stres.
Memperhatikan dan menjaga kesehatan tubuh, dengan:
Rajin-rajin belajar’ tentang kesehatan melalui kepustakaan, internet atau ngobrol kiri kanan. Bila mampu, berkonsultasilah dengan dokter secara berkala, misalnya tiga bulan sekali. Selain konsultasi, tes-tes dasar fungsi tubuh dapat dilakukan oleh dokter umum/dokter keluarga.
Kenali apa yang terjadi dengan tubuh kita. Rasa lelah, tidak nyaman, pusing, tegang otot, misalnya, jangan ditolak. Sinyal kecil dari tubuh itu sesungguhnya cara tubuh protes’ dan memberitahukan kita ada sesuatu yang tidak benar’ berlangsung dalam tubuh kita.
Dokumentasikan hasil tes, resep obat, penyakit, keluhan-keluhan tubuh yang kita rasakan dengan baik.
Bila mampu, lakukan vaksin flu, pnemucoccal pneumonia (di Amerika Serikat) dan tetanus bagi lansia.
Bila mampu atau merasa memiliki risiko tinggi terhadap penyakit-penyakit tertentu, lakukan tes laboratorium, deteksi dini secara berkala, misalnya:
Tes tekanan darah – Setahun sekali bagi semua. Tatalaksana dilakukan bila diperlukan
Tes darah untuk uji kadar gula darah – Setiap tiga tahun bagi yang tidak berisiko, setahun sekali bagi mereka yang pernah teridentifikasi berkadar tinggi.
Pap smear (deteksi dini kanker leher rahmi) – Setahun sekali bagi mereka yang aktif secara seksual ataupun berisiko tinggi.
Periksa payudara sendiri – Setiap bulan sejak hari menstruasi terakhir.
Mamografi (deteksi dini kanker payudara) – Setahun sekali bagi mereka yang berisiko tinggi atau berusia di atas 50 tahun.
Tes untuk deteksi dini kanker prostat – Bagi mereka yang merasakan gejala atau mulai dari usia 40 tahun. Dapat berupa pemeriksaan colok dubur atau melalui kadar PSA di darah.
Tes darah untuk uji adanya HIV – Setahun sekali bagi mereka yang berisiko tinggi.
Pengamatan kulit (deteksi dini kanker kulit) dan mulut – Setahun sekali pemeriksaan tubuh lengkap oleh dokter dan dokter gigi bagi mereka yang berisiko tinggi (merokok untuk risiko kanker mulut).
Tes kemampuan mental (deteksi dini demensia, delirium) – Setahun sekali mulai dari usia 50 tahun.
Tes darah untuk uji kadar hormon tiroid) – Setahun sekali mulai dari usia 65 tahun. Beberapa ahli merekomendasikan untuk perempuan.
Selain itu, hal-hal berikut ini juga potensial manjur membuat hidup kita sehat batin.
Terus bercita-cita sambil tetap realistis melihat kemampuan diri dan kondisi sekitar.
Tetap hidup hemat, menabung sambil berinvestasi yang tepat.
Tetap peduli dan menata relasi baik dengan sesama dan lingkungan sekitar.
Mengurangi pikiran-pikiran dan niat jahat.
Sumber: Beers, Mark H (2006) Manual of Health and Aging. New York: Ballantine Books.
2 komentar:
boss tukeran link sama morin cirebon
di tunggu nihh .........
Posting Komentar